home
  • Minggu, 03 November 2013

    Download Transtool
    DEWATERING
    Dewatering adalah proses penurunan muka air tanah selama Konstruksi berlangsung selain itu juga diperuntukkan pencegahan kelongsoran akibat adanya aliran tanah pada galian atau bisa dipaparkan sebagai proses pemisahan antara cairan dengan padatan.

    Proses dewatering tidak dapat dilakukan sekaligus, tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan jalan :
    1. Thickening, Yaitu merupakan proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam suatu pulp sehingga solid factor yang dicapai sama dengan satu (% solid = 50%)
    2. Filtrasi, Adalah merupakan proses pemisahan antara padatan dengan cairan jalan
    menyaring (dengan filter) sehingga didapat solid factor sama dengan empat (% solid = 100%).
    3. Drying, Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan jalan pemanasan,
    sehingga padatan itu betul-betul bebas dari cairan atau kering (% solid = 100%).

    Tujuan diadakannya proses dewatering antara lain adalah untuk:
    1. Mencegah rembesan
    2. Memperbaiki kestabilan tanah
    3. Mencegah pengembungan tanah
    4. Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah terutama dasar
    5. Pengeringan lubang galian
    6. Mengurangi tekanan lateral

    Selain itu, terdapat faktor penentu dalam pemilihan dewatering antara lain:
    1. Sifat tanah
    2. Air tanah
    3. Ukuran dan dalam galian
    4. Daya dukung tanah
    5. Kedalam dan tipe pondasi
    6. Design dan fungsi dari struktur
    7. Rencana pekerjaan

    Keuntungan dan kerugian dilakukannya proses Dewatering:
    Keuntungan :
    1. Muka air tanah turun
    2. Longsor kurang
    3. Lereng lebih curam
    4. Tekan tanah berkurang
    Kerugian :
    1. Mata air sekeliling turun
    2. Permukaan tanah turun
    Jenis dewatering dilihat dari waktu dan kegunaannya dapat dikelompokkan menjadi :
    1. Dewatering sementara
    2. Dewatering tetap/sementara
    Metode dewatering
    1. Metode pemompaan terbuka
    2. Metode alur dangkal
    3. Metode predrainase
    4. Metode cut off
    5. Metode osmose elektries
    SHEAR WALL
    Bangunan tinggi tahan gempa umumnya menggunakan elemen-elemen struktur kaku berupa dinding geser untuk menahan kombinasi gaya geser, momen, dan gaya aksial yang timbul akibat beban gempa. Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut.

    Dinding geser adalah struktur vertikal yang digunakan pada bangunan tingkat tinggi. Fungsi utama dari dinding geser adalah menahan beban lateral seperti gaya gempa dan angin. Berdasarkan letak dan fungsinya, dinding geser dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :
    1. Bearing walls adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian besar beban gravitasi. Tembok-tembok ini juga menggunakan dinding partisi antarapartemen yang berdekatan.
    2. Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini dibangun diantara baris kolom.
    3. Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat dalam gedung, yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang terletak di kawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi pilihan ekonomis.


    (a) Bearing Walls (b) Frame Walls (c) Core Walls

    Dinding geser juga dapat dikategorikan berdasarkan geometrinya, yaitu:
    1. Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≥ 2 dan desainnya dikontrol oleh perilaku lentur.
    2. Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≤ 2 dan desainnya dikontrol oleh perilaku geser.
    3. Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling yang terjadi akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan oleh balok-balok perangkai, sebagai gaya-gaya tarik dan tekan yang bekerja pada masing-masing dasar pasangan dinding tersebut.


    a) Flexural shear wall b) Squat shear walls c) Coupled shear walls

    Dalam praktiknya, dinding geser selalu dihubungkan dengan sistem rangka pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai. Berdasarkan SNI 03-2847-2002, dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser), melalui pembentukan sendi plastis di dasar dinding. Nilai momen leleh pada dasar dinding tersebut dapat mengalami pembesaran akibat faktor kuat lebih bahan. Jadi berdasarkan SNi tersebut, dinding geser harus direncanakan dengan metode desain kapasitas. Dinding geser kantilever termasuk dalam kelompok flexural wall , dimana rasio antara tinggi dan panjang dinding geser tidak boleh kurang dari 2 dan dimensi panjangnya tidak boleh kurang dari 1.5 m.

    Kerja sama antara sistem rangka pemikul momen dan dinding geser merupakan suatu keadaan khusus dengan dua struktur yang berbeda sifatnya tersebut digabungkan. Dari gabungan keduanya diperoleh suatu struktur yang lebih kuat dan ekonomis. Kerja sama ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
    a. Sistem rangka gedung, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing. Sistem rangka gedung dengan dinding geser beton bertulang yang bersifat daktail penuh dapat direncanakan dengan menggunakan nilai faktor modifikasi respon, R, sebesar 6.0 .
    b. Sistem ganda, yang merupakan gabungan dari sistem pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan sistem rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral yang bekerja. Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral gempa, dengan memperhatikan interaksi keduanya. Nilai R yang direkomendasikan untuk sistem ganda adalah 8.5 .
    c. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka. Sistem ini merupakan gabungan sistem dinding beton bertulang biasa dengan sistem rangka pemikul momen biasa. Nilai R yang direkomendasikan untuk sistem ini adalah 5.5
    ( Lilik Sulistyo XIII TGB SMKN2Klaten)
    Masukkan Kritik dan saran , bisa lewat email :
     tgbsmkn2klaten@gmail.com